Review : Prelude (Festival Series) - Sam Umar

05.41

Eksotisme Festival Bach




Sinopsis

Bach Festival - Festival Musik Klasik.
Sesuatu memang harus diungkapkan supaya enggak ada rasa sakit
Ada dua impian Tina. Kuliah musik di Leipzig dan menyaksikan Festival Bach. Satu per satu impiannya terwujud. Dia pun belajar selo dengan Maria Tan, pemain selo profesional idolanya. Dia juga dekat dengan Hans, seniornya yang jago main keyboard.
Dan  saat musim panas menjelang. Tina semakin bahagia. Akhirnya... Festival Bach! Tina memilih Prelude dari Cello Suites No. 1 untuk audisi festival.
Dan ternyata, karya inilah yang menguak rahasia-rahasia - tentang siapa sebenernya Maria Tan, juga tentang perasaan Hans yang sesungguhnya...

Detail Buku

Rate : 3.5/5

Judul Buku : Prelude
Pengarang : Sam Umar
Penerbit : teen@noura
 Cetakan I, April 2014
ISBN : 978-602-1306-18-5

CONTAINS SPOILER, DON'T READ IF YOU DON'T WANT TO KNOW


If you're love classical music, this book would be lovely to read. Penampilan novel ini cukup elegan dengan menampilkan cello yang menjadi sorotan utama dengan keseluruhan novel ini. Begitu pula dengan pemilihan judulnya saya rasa tepat sekali. Saya sebelumnya tidak tahu tentang Festival Bach - tentu saja karena I am not keen on classical music, tapi berhubung saya pernah baca If I Stay, yang karakter utamanya juga main cello saya jadi penasaran. Testimoni dari Mbak Prisca Primasari juga menguatkan niatan saya baca.

Tina, main character in this novel, are new year student in Leizpig University. Di tahun pertamanya dia sudah 'ngebet' pengen ikutan festival, Biasanya saya akan terpesona dengan main character yang main musik - mau anime, novel atau apalah - karena saya sendiri nggak bisa main musik. Tapi di sini saya jadi jengkel sama Tina entahkenapa, Tina gagal menguras emosi saya waktu dia nangis. Saya rasa karena dia nangis karena hal yang terlalu sepele. In my case, dia kurang menderita (I'm so sorry, but pain demand to be felt, right?) Konfliknya terlalu sederhana, karena di sini pengarang lebih fokus pada pembangunan setting. Mungkin karena ini serial tentang festival, entahlah saya tidak tahu alasan pastinya mengapa konfliknya terlalu sederhana. Dan kemarahan ayahnya ke Tina gara-gara tidak mau mengungkit masa lalu juga saya pikir kurang kuat, semestinya ada sesuatu yang memalukan atau trauma hati ayahnya yang sangat dalam sehingga dia nggak mau cerita ke anaknya. Ada beberapa kalimat yang terlontar sama Nadine yang membuat saya mengerutkan alis, di halaman 221.
"aku menyesal kau enggak terpilih di festival..." 
In my opinion, penggunaan kata nggak di sini nggak tepat banget karena dikombinasikan dengan Kau. "aku menyesal kau tidak terpilih di festival," I think, its much better.

Kabar bahagianya, novel ini memuat beberapa referensi kalo kamu mau tahu lebih lanjut tentang seluk beluk festival. I can imagine, pengarang punya tenaga lebih untuk riset yang mendalam saat menulis novel ini. Dan tentu saja, hal tersebut patut di apresiasi. Nggak cuma referensi, pengarang juga menyantumkan link video youtube, beberapa di antaranya tentang Bach Cello Suites No. 1, Sonata for Violin in C Major, Beethouven: Symphony No. 9 (Ode to Joy, 4th Movement) - emang kebanyakan tentang Bach sih - yaiyalah inikan Festival Bach. Karenanya saya jadi berandai-andia, novel ini mungkin lebih bagus kalo dijadikan film! 


You Might Also Like

0 komentar

Flickr Images