SAAT-SAAT TERAKHIR
Ibuku membuka pintu dan membawakan kotak untukku. Dibuka kotak tersebut sepasang sandal cantik berwana coklat. Ibu tersenyum manis saat aku ingin mencobanya. Dengan dibantu berdiri ku coba sandal itu, terpasang manis di kakiku. Ibu menunjukkan baju putih di jendela sambil berkata “itu pakaianmu untuk hari lebaran besok nak” sembari mengelus rambutku dengan penuh cinta. Ibu menggingatkan aku harus bangun pagi besok. Ibu pun pergi dari kamarku untuk menyiapkan keperluan lebaran. Kembali ibu tersenyum manis padaku. Ditemani bayang-bayang kematian aku berangan apa yang akan terjadi besok. Entah apakah ku masih bisa membuka mata ini dan ikut beraya atau ku akan menutup mata untuk selamanya. Sambil memandang baju putih di jendela kamarku. Ku bertanya dalam hati “apakah itu pakaian terakhirku ?”. Aku pun terbangun dan mengambil handphone di suduk kiri tempat tidurku.
Aku menelpon ayahku, meskipun Ibu melarangnya. Iya kami berpisah 6 tahun lamanya, karna sebuah perceraian yang tak jelas sebabnya. Diangkatnya telpon dariku, Dengan suara agak berbeda. Ku ceritakan apa yang telah terjadi setelah berpisah. Aku sakit ginjal yang sudah akut dan aku mintamaaf kepada Ayahku atas semua kesalahanku dulu. Aku ingin bertemu dengan ayah sebelum Tuhan mengambil nyawaku, walau sulit karna Ibu takkan mengizinkanku. Diwarnai dengan tanggisan. Ayahku menjawab keinginanku “iya,Nak ayah juga ingin bertemu denganmu”. Tetes demi tetespun keluar dari mataku, mengingat pendeknya umurku. Aku pun terdiam. “Nak, jika memang Tuhan memanggilmu besok, sekarang, sekarang , sekaranglah kau berbuat kebaikan” “tetapi kau tidak boleh menanggis kau harus tersenyum,mungkin Tuhan memanggilmu karna ada yang Ia tunjukkan di surga” kata Ayahku dengan nada lirih. Aku takkuasa menahan airmata ini, kupegang erat boneka yang ayah berikan waktu berumur 2tahun. “iya ayah, Ifa akan menuruti perintah ayah, Aku sayang Tuhan, Aku sayang Ayah, Aku sayang Ibu, Aku sayang semua, Aku gak mau kehilangan orang yang aku sayangi Ayah” jawabku dengan nada terputus-putus.
“ iya,Nak Tuhan , Ayah, Ibumu dan semua juga menyayangimu, Percayalah ini kehendak-Nya ” kata Ayah dengan nada lirih. Tiba-tiba handphone ku mati sebelum aku menjawab telpon ayah.
Aku mencoba berdiri, ingin rasanya aku habiskan malam ini bersama anak yatim piatu. Aku terjatuh dan bangun disuatu tempat. Tempat itu begitu indah, tentram, dan sunyi. Ku lihat anak kecil menuntunku untuk bermain bersamanya. Aku kenal wajah itu. Ku coba mengingat siapa anak kecil itu. “astaga” batinku sambil memegang wajah anak itu dan memeluknya. Dia adikku, yang lebih dulu dijemput Tuhan sebelum aku. Ku lihat bekas luka di kepalanya. Sembari air mata keluar. Aku memeluknya lagi. Aku ingat saat ayahku teledor menjatuhkan adikku di tangga, padahal waktu itu dia masih berumur 7bulan. Aku takmau melepaskan pelukan ini. Sekarang aku tau kenapa Tuhan ingin mencabut nyawaku. Adikku kesepian di sini, tanpa seorang teman. Iya, Tuhan memanggilku untuk menemani adikku di surga. Sekarang aku tak ragu lagi. Ku pegang tangan kecilnya dan berkata “ tenang, Dik kakak akan menemanimu disini ”. Adikku hanya tersenyum perlahan dia terbang menuju awan semakin tinggi dan tinggi. Ku lihat di bawah ada sekerumpun orang yang membawa mawar putih. Entah apa ini ? “ apakah ini tandanya aku akan pergi ? ” “ aku tak ingin melepas semuanya, tapi adikku ingin aku disampingnya ”. Aku masih bertanya-tanya. Ku lihat lagi adikku meneteskan airmata dan tangannya melambai-lambai. Aku tak tau maksud semua ini. Aku pasrah atas semua ini. Ku tersimpuh dan menanggis. Kenyataan memang begitu dekat, Umurku hanya berselang beberapa jam saja, Dokter memvonis aku tidak akan sembuh, betapa sakitnya hati ini.
Aku pun terbangun. T`npa sadar aku sudah di rumah sakit. Peralatan infus, obat, jarum suntik sudah ada di meja. Aku mulai takut dan memegang tangan Ibuku. Ku berkata “ bu, apakah aku akan sembuh ? ” “ iya nak, yakinlah Ifa pasti sembuh, Ifa harus sembuh ” jawab Ibuku sambil tersenyum. Aku pun mebalas senyumnya dan berpesan kepada Ibuku “ Bu, jika Tuhan menjemputku aku mau semua pakaianku berikan kepada Tia” Ku pegang tangan Ibuku erat-erat. Aku tak mau melepasnya. “ Bu titipkan salam pada ayah dan semuanya, Aku menyayangi, dan mencintaimu ” Ibuku takkuasa atas perkataanku ini. Ibuku mengusap airmatanya. Ku lihat sekerumpun orang menunggu di depan pintu. Ku lihat ada ayahku disana. Ayah aku ingin memelukmu. Aku semakin tak kuat atas penyakit ku ini. Sakit sekali. Aku hanya mampu meneteskan air mata dan pasrah. Ku ucapkan dua kalimat syahadat sebelum ku menutup mata. “Asyhadu an la ilaaha illallah, wa-asyhadu anna muhammdar rasuulullah” “Ibu maafkan aku ” sambil menaruh tangan ibuku di dadaku. Detak jangtungku pun berhenti. Aku pun menutup mataku.
Aku kini disurga, menemani adikku yang kesepian. Sudah berakhir perjuanganku melawan penyakit yang kuderita. Aku tenang, Aku bahagia, dan Aku senang. Aku kan selalu ingat Saat-saat pertama bertemu orang yang aku cintai dan sayangi dan saat-saat terakhir melepas orang yang aku cintai dan sayangi.
-end-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar